Virtual Class pada Mata Kuliah Rekayasa Perangkat Lunak di Jurusan Sistem Informasi

Virtual Class ini diberikan ketika saya masih duduk di semester 4 (saat ini saya semester 7) pada saat kuliah Rekayasa Perangkat Lunak dengan dosen Bapak Khakim Ghozali. Dalam penerapannya, banyak pro dan kontra yang diberikan oleh mahasiswa terkait pelaksanaan virtual class ini. Untuk yang belum mengerti penerapan virtual class itu seperti apa, saya berikan sedikit gambaran :

Virtual class di ITS khususnya di FTIf (Fakultas Teknologi Informasi) menggunakan beberapa alat, yaitu :

  1. 2 buah kamera ( 1 di ruangan dosen dan 1 lagi di kelas ).

  2. Layar beserta LCD Proyektor.

  3. 2 buah Mic ( 1 di ruang dosen dan 1 lagi di kelas ).

  4. Pengawas di kelas yang diambilkan dari pegawai Tata Usaha.

  5. 2 buah Speaker ( 1 di ruang dosen dan 1 lagi di kelas ).

  6. 2 buah CPU ( 1 di kelas tanpa monitor dan 1 di ruang dosen dengan monitor ).

  7. 2 Buah Keyboard dan Mouse ( 1 di ruang kelas dan 1 di ruang dosen ).

Pelaksanaan :
Mahasiswa tetap menempati kelas dengan jadwal tertentu, tetapi interaksi antara mahasiswa dengan dosen dilakukan di tempat terpisah. Menurut penggagas ide virtual class ini, nantinya dosen tidak harus berada di ruang dosen tetapi dosen bisa melakukan kuliah dimana saja dengan syarat waktu kuliahnya tetap disepakati bersama dengan mahasiswanya.
Berikut ini rincian apa yang harus dilakukan Dosen dan Mahasiswa dalam sistem virtual class :
Yang dilakukan Dosen :
  • Pembukaan kelas disini dosen memberikan instruksi kepada mahasiswa untuk melakukan absen.
  • Penutupan kelas.
  • Presentasi dengan video streamming .
  • Upload dan download materi perkuliahan yang akan diberikan.
  • Membuat soal ujian, model soal diserahkan sepenuhnya kepada dosen pengajar.
  • Memeriksa jumlah mahasiswa yang hadir atau mengikuti virtual class ini.
  • Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh mahasiswa dengan menggunakan microphone atau lewat chatting.
  • Memberikan tugas yang menunjang materi yang dibawakan.
  • Diskusi melalui forum (optional).
Yang dilakukan Mahasiswa :
  • Absen secara Online menggunakan web yang disediakan.
  • Evaluasi dalam bentuk Online.
  • Berinteraksi dengan dosen secara audio visual dan atau menggunakan fasilitas chatting
  • Diskusi melalui forum (optional).

Di bawah ini cuplikan berita yang diliput teman-teman dari majalah Gengsi di mana saya juga berperan serta dalam pengerjaan majalah tersebut, judul artikelnya adalah “Dengan Virtual Class, Kuliah Tambah Asyik”.
Menurut Khakim Ghozali, ketua Jurusan Sistem Informasi, awalnya di Jurusan Sistem Informasi (JSi) direncanakan ada lima mata kuliah yang akan menggunakan uji coba sistem virtual class. Namun, dalam perjalanannya hanya dua mata kuliah yang dilaksanakan dengan model ini, sedang yang lain tetap menggunakan model perkuliahan tradisional seperti biasanya. Hal ini terjadi, setelah diadakan pelatihan penggunaan sistem virtual class untuk dosen-dosen pengajar mata kuliah-mata kuliah tersebut. Ternyata menurut beberapa dosen untuk melaksanakan virtual class perlu adanya penyesuaian pola pembelajaran. Mulai dari mempersiapkan kelas, membuat materi untuk virtual class, keleluasaan dalam berinteraksi antara dosen dan mahasiswa, dan fasilitas untuk menjelaskan secara tertulis sebagaimana bila dosen menulis pada whiteboard. Kendala-kendala tersebut memang menjadi tantangan buat tim pengembang di FTIf untuk terus menyempurnakan sistem ini. Setiap minggu para dosen yang menggunakan uji coba sistem virtual class ini diminta untuk mengevaluasi. Hasilnya banyak yang mempermasalahkan speaker dan web cam yang dipasang karena sering suara dan video serta gaya dosen yang mengajar dari ruangannya tidak terdengar dengan jelas di dalam kelas atau sebaliknya.
“Bahkan pada kuliah pertama kali, sempat gagal! Jadi harus kembali mengajar secara tradisional lagi. Saat itu speaker yang ada di kelas sedang bermasalah. Namun, di pertemuan-pertemuan berikutnya mahasiswa terlihat antusias. Buktinya pada sesi tanya jawab banyak mahasiswa yang maju ke mic yang telah disediakan untuk bertanya. Rasanya semua Happy dengan sistem ini. Mahasiswa dapat mengerjakan soal sambil mendengarkan lagunya Westlife yang saya mainkan dari ruang saya dan sayapun bisa mengawasi mereka dari ruang saya sambil makan siang.” Terang Khakim Ghozali yang mengajar matakuliah Rekayasa Perangkat Lunak dengan metode virtual class.
Dan ini berita yang diambil dari versi mahasiswa, di mana saya juga menjadi nara sumber untuk berita ini, judulnya adalah “Kuliah Virtual Class, Banyak Lucunya”
Ndak cuma asyik loh, ikut kuliah dengan sistem virtual class. Malah rasanya banyak lucunya. Kejadiannya ketika GengSi Boys n GengSi Girls ngikuti mata kuliah Rekayasa Perangkat Lunak di ruang TC 105. Biasanya kalau kuliah ndak ada deh diantara mereka yang mau duduk di barisan terdepan, takut ditanya oleh dosen ketika diskusi. Eh… sekarang banyak juga yang pada berebut duduk di barisan terdepan. ”Soalnya wajah dosennya di layar kecil banget sih” kata Andre (Saya) yang terkenal aktif dalam diskusi di setiap mata kuliahnya. Namun ada juga beberapa GengSi Boys n GengSi Girls yang sengaja pilih duduknya di bagian belakang. “Kalau aku duduk di sini, pak Khakim bisa lihat aku ndak ya, soalnya ntar aku ada tes… aku mesti belajar dong!” kata Nike dengan sedikit takut-takut.
Dalam kuliah awalnya lancar-lancar saja, tetapi saat dibuka sesi tanya jawab Andre mengacungkan tangan kanannya dengan keadaan semua jari terbuka. Maksudnya dia ingin bertanya sesuatu. Tetapi Khakim Ghozali yang saat itu mengajar dari ruang kerjanya malah menganggapnya tidak ada pertanyaan. Gegerlah ruang kelas penuh gelak tawa “Bapak-bapak di sini ada yang mau bertanya, di 105 ada yang mau bertanya, Pak” teriak GengSi Boys n GengSi Girls dengan kompaknya sambil melambai-lambaikan tangan untuk memberi tanda. “Oh… ya sudah kalau ndak ada yang mau bertanya, saya akan lanjutkan” jawab Khakim sambil melanjutkan materi kuliahnya.
Di akhir kuliah, usut punya usut ternyata microphone yang digunakan di kelas sudah terputus beberapa menit yang lalu alias nggak nyambung dengan ruangan tempat Khakim berada “Wah capek deh kalau gitu… padahal saya udah pake gerakan aneh-aneh loh untuk mengisyaratkan kalau ada yang mau saya tanyakan. Tetapi tetap saja materi pun berlalu begitu saja tanpa adanya interaksi” keluh Andre GengSi Boys semester 4 ini.
Berikut komentar yang diberikan oleh Pak Arif Djunaidy mengenai virtual class yang dilaksanakan :
Virtual class sebaiknya memang untuk mata kuliah yang tidak memerlukan sebuah interaksi yang intensif, seperti mata kuliah-mata kuliah yang bersifat umum yang tidak memerlukan pemikiran yang sangat teknikal. Contohnya mata kuliah Bahasa Indonesia atau Pengantar Teknologi Informasi rasanya sangat cocok dengan virtual class. Tetapi kalau Bahasa Inggris misalnya masih memerlukan interaksi yang efektif agar dosen dapat mencermati dengan baik bagaimana mahasiswa berdiskusi, kecuali kalau memang sistem virtual class dibuat sedemikian rupa bahwa interaksi dosen dalam menjelaskan pokok bahasan itu bisa ditangkap dengan baik oleh mahasiswa”

sumber : http://parvian.wordpress.com/2008/07/13/penerapan-e-learning-di-indonesia/

0 komentar:

Posting Komentar